InvestigasiMabes.com l Pekanbaru — Peristiwa orang tenggelam saat berenang hingga di temukan telah meninggal dunia pada Selasa 20 Februari 2024 sekira pkl. 09.35 Wib bertempat di Pulau Pagang Nagari Sungai Pinang Kec. Koto XI Tarusan Kab. Pesisir Selatan adalah Siswa Kelas 9 ( Kelas III ) SMP IT Al- Manar Pekanbaru bernama Rizki Ananda Pratama Bin Jasman warga Jalan Tiram RT. 04 RW. 02 Kelurahan Tangkerang Barat Kecamatan Marpoyan Damai, Kota pekanbaru Provinsi Riau.
Dari informasi dan keterangan yang diperoleh, Kronologis kejadian berawal Sekira pukul 09.15 WIB rombongan siswa kelas 9 ( III ) & guru dari SMP IT Al Manar Kota Pekanbaru sampai di Pulau Pagang dengan jumlah siswa 28 orang & guru 13 orang (total 41 orang) dalam rangka Rihla (Jalan-jalan siswa), sesampainya di pulau Pagang rombongan tersebut melaksanakan foto bersama di dermaga depan pintu gerbang bertulisan Pagang Island.
Sekira pukul.09.35 WIB sesaat setelah berfoto-foto tersebut kepala sekolah menuju ke penjaga hanggar (dermaga kecil) untuk menanyakan batas kedalaman air laut sedangkan rombongan guru & siswa menuju gazebo namun ada beberapa orang (sekitar 6 orang) siswa laki-laki langsung menuju ke pantai untuk berenang.
Pada saat itu kepala sekolah mendengar teriakan minta tolong dari seorang siswa yang hanyut sehingga kepala sekolah langsung lari dan melompat ke laut untuk menyelamatkan siswa an. Hardianto sementara siswa lain yang berenang naik ke pantai, setelah Hardianto terselamatkan lalu pihak sekolah mengumpulkan seluruh murid dan guru saat di cek ternyata kurang 1 siswa an. Riski. Setelah di cek & di tanya kemana Riski tidak ada yang tahu.
Sehingga pihak sekolah dan pihak pengelola Pulau Pagang mencari mengelilingi bibir pantai termasuk menggunakan perahu namun tidak di temukan dan akhirnya barulah di hubungi bantuan dari tim SAR Sekira Pkl. 13.30 wib setelah di lakukan pencarian dengan cara menyelam akhirnya di temukan siswa an. Riski di kedalam sekitar 7 m dalam keadaan sudah tidak bernyawa dan selanjutnya korban di bawa ke RS. Bhayangkara Padang.
Mendapatkan informasi Kapolsek berkoordinasi dengan pihak pengelola wisata di Pulau Pagang kemudian dengan pihak Kepala Sekolah dan juga ayah kandung korban terkait dengan kejadian yang mengakibatkan anak an. Riski meninggal dunia, dalam hal ini pihak keluarga mengikhlaskan & menerima kematian anaknya tersebut dan pihak keluarga tidak bersedia untuk di lakukan autopsi (surat pernyataan terlampir) serta Kapolsek juga berkoordinasi dengan pihak RS. Bhayangkara.
Setelah itu Kapolsek menyerahkan jenazah & barang-barang propertinya kepada pihak keluarga, kemudian jenazah langsung di bawa ke Pekanbaru Provinsi Riau untuk dimakamkan di rumah duka.
Kapolsek Koto XI Tarusan AKP Donny Putra, SH, MH ketika dikonfirmasi Media Investigasimabes.com melalui nomor WhatsAppnya bahwa keluarga mengikhlaskan & menerima kematian anaknya, serta properti yang diserahkan kepada keluarga katanya ada yang kurang, yaitu celana yang dipakai korban saat tenggelam tidak ada.
Dalam jawaban Kapolsek Koto XI Tarusan Terkait informasi yang bapak butuhkan, bapak bisa datang ke Polsek Koto XI Tarusan untuk mendapatkan informasi yang lebih akuratnya.
Sementara Kepala Basarnas Padang Abdul Malik ketika dikonfirmasi via telepon terkait kejadian di pulau Pagang membenarkan bahwa Timnya ikut melakukan pencarian Siswa SMP Al Manar yang hilang dan ditemukan sudah meninggal dunia.
Kepala SMPIT Al-Manar Kota Pekanbaru Akhmad Sayuti Hasibuan, SH, MH ketika ditemui di ruangannya mengatakan bahwa terkait kejadian ini kita sudah melaporkan kepada Dinas Pendidikan, namun mengelak untuk dikonfirmasi terkait kematian Siswa yang meninggal tersebut.
Salah seorang pemuka masyarakat setempat yang tidak ingin namanya di cantumkan ketika dimintai keterangan terkait kejadian meninggalnya Siswa SMP Al Manar, mengatakan bahwa ia berharap kepada pemerintah yang mengeluarkan izin untuk mengevaluasi kembali keberadaan sekolah Al Manar ini dan juga sekolah swasta lainnya jika tidak profesional dalam melakukan pengelolaan di segala aspek.
Sementara Ema, Ibu kandung Alm. Rizki tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya terhadap pihak sekolah yang tidak berterus terang.
Dalam wawancara yang dilakukan oleh Media Investigasi dirumahnya menjelaskan bahwa dari rapat awal kan rencana mau berangkat bulan 12, kalau hari seperti ini cuacanya nggak mendukung kami enggak setuju.
Waktu rapat itu kalau untuk menyeberangi pulau, Kami enggak setuju, Dari pihak wali murid semua kami enggak setuju.
Cuma kalau dari sekolah kan orang kami ada di sana. Cuma itu sudah ditegaskan juga kalau untuk nyebrang pulau, Kalau cuaca masih kayak gini, enggak mendukung kami nggak Setuju.
Waktu rapat itu boleh dikatakan 100% ikut, memang ada satu atau 2 enggak ikutlah, Jadi memang nggak setuju.
Waktu pembayaran uang Rihla itu dibilang mungkin nanti kita ada rapat lagi, nyatanya nggak ada rapat lagi kan langsung berangkat, berangkatnya pun diundur pertamanya tanggal 21 bulan Februari, nggak jadi, kemudian tanggal 20 itu pun nggak jadi, diundur lagi tanggal 19 terakhir diundurnya. Jamnya pun diundur, semula berangkatnya siap Isya malam, diundur jam 5, nggak jadi juga jam 5, diundur jam 2 kiranya berangkat, jam 2 kita sudah ngumpul di sekolah nunggu sampai jam 4, jam 4 baru berangkat dan sampai disana siap shalat subuh.
Kalau yang berangkat semuanya 28 orang, dan guru 13 orang. Kalau untuk bayarannya kemarin itu Satu juta, berangkat hari Senin sore Kamis sore dah sampai sini lagi.
Kalau informasi kejadian saya dapat jam 5 (17.00) WIB lewat (sore), Kalau menurut kejadiannya saya dengar dari media, dari kawan-kawannya sampai sekarang nggak bisa buka mulut dia, enggak ada satu pun yang mau buka Mulut. Kan banyak keganjilan, entah diancam entah apa kita nggak tahu sekarang kan?
Kalau informasinya jam 9.30 WIB pagi sudah hilang, dan Jam setengah 3 atau 2.30 (14.30) WIB siang ketemu, dari jam setengah 3 sampai jam 5.00 lewat baru kita dikabari, itu bukan gurunya yang mengabari, bukan orang dari sana. Orang dari sini lah yang ngabarin kita, orang yayasan sini.
Kepala sekolah Dua yang ikut ke sana itu, Kepala Sekolah SD satu dan SMP satu, enggak ada yang ngabari itu. Pas awak tahu kabar jam setengah 6 (17.30) WIB itu, ditelepon semuanya nggak ada yang angkat pesawat telepon, semuanya nggak ada yang angkat.
Kami hilang kontak sebenarnya sama dia (anak ini) udah dari subuh, kemudian kami nelpon jam 8:00 WIB, kami nelpon lagi masih aktif sampai jam pagi 12:28 WIB enggak ada lagi.
Kalau HP Enggak mau lepas, dari celananya masih ada, cuma yang kita pertanyakan sekarang kan HP sama duit kan di celana, HP sama duit kembali dan yang enggak kembali celananya sama handuk. Itu yang kita pertanyakan, kata orangnya celana yang mana? Katanya kan kalau orang bertanya celana yang mana, pasti dia tahu di mana dia ambil HP sama duit kan tahu lah dia seharusnya.
Kemudian sendal, sabun, minyak rambut, barang-barang itu nggak ada kembali lagi, kesalnya kita waktu jenazah itu tiba subuh sekitar jam 5.00 WIB yang dari pihak sekolah maupun guru yang mendampingi, cuma sopir, temannya satu dan Alm. Anak saya itu, kalau informasinya disana orang dalam ambulance yang mendampingi ada 2 ditambah sopir jadi 3 orang, namun sampai disini cuma sopir dan temannya yang nampak, sementara yang berdua entah dimana diganti dan diturunkan, kita tidak tahu. (Ef)